Monday, 7 October 2013

RESENSI BUKU

Startup, Indonesia

1426446
Judul: Startup, Indonesia!
Penulis: Restituta Ajeng Arjanti & Reney Lendy Mosal
Penerbit: Kompas
Tebal: 305
“The Internet is becoming the town square for the global village of tomorrow.” ~ Bill Gates
Dewasa ini kita seringkali mendengar berita mengenai bermunculannya startup-startup berbasis digital yang dirintis oleh anak-anak muda. Apakah itu startup?
Startup adalah perusahaan baru atau rintisan. Mengapa disebut berbasis digital? Karena para pengusaha muda itu menggunakan internet sebagai platform usaha yang mereka dirikan.
Masih ingat kisah sukses Mark Zuckenberg si pendiri facebook? Atau mungkin kepopuleran Google sebagai mesin pencari paling handal yang digawangi oleh Larry Page dan Sergei Bin? Mereka adalah beberapa anak muda yang mengawali bisnis atau usaha mereka yang berorientasi teknologi.
Jika dua contoh di atas diambil dari negara belahan utara, bagaimana dengan di Indonesia?
Pernah mendengar Koprol? Koprol adalah jejaring sosial berbasis lokasi buatan anak negeri yang digagas oleh Satya Witoelar bersama tiga orang rekannya, yaitu Leo Laksmana dan Fajar Budiprasetyo serta Daniel Armanto. Fitur yang ada di dalam koprol ini menarik perhatian Yahoo, yang kemudian mengakuisisi Koprol. Keberhasilan Koprol diakuisisi perusahaan internet Yahoo membuka peluang bagi kebangkitan startup-startup yang ada di Indonesia. Walaupun pada April 2012 Yahoo membubarkan Koprol. Namun demikian kisah Koprol menjadi kisah sukses dan inspiratif dalam sejarah digital di Indonesia, di mana startup asli Indonesia dibeli oleh raksasa internet sekelas Yahoo.
Perusahaan baru atau startup ini umumnya masih membutuhkan proses R&D untuk mencari ceruk pasar dan target konsumennya dikarenakan perusahaan ini masih berusia muda. Perusahaan startup juga memiliki biaya produksi yang rendah, potensi bisnis yang menarik walapun memiliki risiko yang tinggi.
Dan bagaimana startup bisa berkembang dan sukses mengembangkan bisnisnya? Inilah beberapa tips yang diberikan langsung oleh para tokoh startup yang sudah malang melintang menjajal bisnis ini, antara lain: pilih bidang sesuai passion, mulailah dari value bukan profit, miliki visi, mau bekerja keras, pantang menyerah, konsisten, kerja tim, fokus pada konsumen dan lakukan pemasaran yang efektif, rajin menganalisis pasar serta jangan abaikan kompetitor.
Kisah Koprol hanyalah sebagian kecil cerita sukses startup di Indonesia. Masih banyak startup asli Indonesia yang didirikan oleh anak-anak muda yang kreatif dan jeli melihat peluang yang ada dan berkembang serta sukses. Siapa sajakah mereka? Ingin tahu? Nah, buku ini tidak hanya mengisahkan profil para startup lokal itu, namun juga sejarah dan perkembangan para technopreneurship; technopreneurship di tanah air dan membahas kiat-kiat untuk menjadi technopreneurship yang sukses, langsung dari para tokohnya.

Bumi Manusia

BM
Judul: Bumi Manusia
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara
Tebal: 535
Minke adalah tokoh dalam cerita ini, laki-laki jawa ningrat yang mendapatkan pendidikan di H.B.S, sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak Eropa dan pribumi yang bergelar bangsawan. Pendidikan ala Eropa yang diperolehnya menumbuhkan keinginan Minke untuk menjadi manusia bebas dan merdeka. Pemuda priyayi ini semampu mungkin berusaha keluar dari kepompong kebudayaan jawa yang membuatnya selalu merasa di bawah.
“Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orang tuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di tempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu. Hilang antusiasme para guruku dalam menyambut hari esok yang cerah bagi umat manusia. Dan entah berapa kali aku harus mengangkat sembah nanti. Sembah-pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini.” (halaman 182)
*
Suatu hari seorang kawan menantang Minke untuk mendekati seorang gadis. Maka, bertamulah mereka ke rumah kawan Robert yang memiliki seorang adik perempuan. Annelies, nama anak perempuan itu dan kakaknya bernama Robert Mellema (Rob) adalah anak yang lahir tanpa ikatan pernikahan antara ayah Eropa dan Ibu pribumi.
Ibu Anna dan Rob adalah perempuan yang dijual oleh Ayah kandungnya sendiri kepada tuan Mellema demi mendapatkan posisi sebagai kasir. Karena dendam dan sakit hati kepada orang tuanya, Sanikem (kemudian kelak dikenal dengan panggilan Nyai Ontosoroh) bertekad untuk membuktikan kepada orang tuanya bahwa apapun yang telah mereka lakukan terhadap dirinya maka ia harus lebih berharga daripada mereka. Kalau pun ia harus menjadi budak belian maka ia harus menjadi budak belian (Nyai) yang sebaik-baiknya. Ia pelajari semua keinginan tuannya. Tuan mellema adalah guru yang baik. Ia mengajari Sanikem membaca, menulis, berhitung, dan sebagainya. Sikap tuan mellema menghadirkan rasa sayang kepada diri Sanikem apalagi dengan kehadiran dua buah hati mereka, Ann dan Rob.
Semangat dan kemajuan belajar Nyai membuat tuan mellema mulai memercayakan Nyai untuk membantu mengolah usahanya. Perusahaan itu kemudian berkembang dan menjadi besar dibawah kerja keras Nyai. Sayang, kedatangan anak tiri tuan Mellema dari istri syah mengoyak kenyamanan keluarga kecil mereka. Dan sejak saat itu hilanglah rasa penghormatan Nyai kepada suaminya.
Sebagai seorang Nyai, keluasan wawasan serta pemikirannya jauh melebihi dari pribumi kebanyakan. Ia pandai berbahasa Belanda dengan sempurna. Ia pun suka membaca. Ia mengadopsi nilai-nilai Eropa untuk pendidikan anak-anaknya. Nyai Ontosoroh bukanlah seorang nyai biasa. Ia belajar dan bekerja keras agar tak dipandang sebelah mata dan dihinakan semua orang. Semua ini menimbulkan decak kagum pada diri Minke.
Pertautan Minke dengan keluarga Nyai semakin erat. Problema keluarga Nyai menjadi bahan pengamatan bagi Minke. Di saat itu pula ia menyadari bentuk ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Ia pun mencoba melawan melalui tulisan-tulisannya yang populer dan disukai banyak orang.
“Kita kalah, Ma,” bisikku.
“Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.”
**
Novel ini bercerita mengenai kehidupan bangsa Indonesia, yang pada saat itu begitu mendewakan peradaban Eropa, karena dipandang sebagai simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban. Sementara itu bangsa pribumi adalah bangsa yang hina dan bisa ditindas kapanpun.
Melalui tokoh Minke dan Nyai, keduanya membuktikan bahwa pribumi mampu berdiri tegak di atas tanah airnya sendiri. Keduanya juga bahu membahu menentang ketidakadilan. Walaupun pada akhirnya mereka harus menyerah kalah. Namun kalah bukan berarti kesia-siaan.

Bidadari Kelab Malam

202219599_large
Judul: Bidadari Kelab Malam
Penulis: Kristasia Pangalila
Penerbit: Grasindo, PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Tebal: 169
Mey, wanita berusia awal dua puluhan itu bekerja sebagai pemandu lagu di sebuah karaoke. Anak perempuan pertama dari tiga bersaudara ini tidak meneruskan sekolah karena ia harus membantu kedua orang tuanya mencari nafkah. Pekerjaan Ayahnya sebagai kuli bangunan tidak mampu membiayai hidup mereka sekeluarga. Untuk menambah penghasilan keluarga, Ibu Mey juga membantu dengan membuat kue.
Bekerja di kelab malam sebagai pemandu lagu tidak mudah bagi Mey, yang sesungguhnya tidak menyukai itu. Namun dengan ijasah SMP pekerjaan apalagi yang bisa ia harapkan? Berbeda dengan kawan-kawannya, dandanan Mey tidak mencolok dan cenderung tertutup dibandingkan kawan-kawannya. Namun kecantikan Mey mampu menutupi kekurangannya dalam berpenampilan. Lagipula Mey selalu melebihi jam target booking-annya, yang tentu saja menyenangkan bagi Bunda, panggilan untuk manajer kelab malam tersebut.
Pelanggan yang harus ditemani Mey ketika berkaraoke memang kebanyakan selalu mencoba untuk merayunya. Selama itu Mey selalu menolak untuk diajak keluar oleh pelanggannya. Mey juga sebisa mungkin menghindari bentuk kontak fisik yang berlebihan.
Di kelab malam itu juga hidup Mey berubah ketika ia bertemu dengan laki-laki paruh baya bernama Pram. Pram sudah berkeluarga. Kedekatan Mey dan Pram perlahan mulai menimbulkan riak-riak cinta di hati mereka berdua.
Sementara itu, Dodi, laki-laki yang menyimpan cinta untuk Mey sejak SMP, memutuskan untuk menyambung tali silaturahim diantara mereka berdua.
**
Saya tidak tahu apakah ini novel bergenre metropop juga atau tidak. Kisah cinta yang rumit namun Kristasia menyajikan ceritanya begitu penuh keceriaan khas anak muda. Buku yang ringan dengan ending yang manis. Namun saya temui beberapa kesalahan cetak, mungkin ya? Di awal cerita dikisahkan Mey lulusan SMP, namun di pertengahan cerita dikatakan Mey adalah lulusan SMA. Ada juga beberapa karakter yang hilang dalam sebuah kata.
Namun demikian terima kasih sekali lagi untuk mbak Yudith yang telah memberikan buntelan bukunya :) . Ditunggu buntelan buku berikutnya mbak.. hehe.

Dramaturgi Dovima

Dramaturgi Dovima
Judul: Dramaturgi Dovima
Penulis: Faris Rachman-Hussain
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 230
Sebelumnya, terima kasih banyak ya mbak Yudith dari PT. Gramedia Pustaka untuk buntelan bukunya, juga mas Dion dari BBI :) . Pada sampul belakang buku tertera label Metropop. Terus terang saya jarang atau bahkan bisa dibilang sekali dua membaca novel metro pop. Bahkan baru kali ini tahu ada genre metro pop. Wah, ketinggalan sekali ya? hehe. Baiklah, saya langsung buatkan reviewnya saja ya.
Dovima adalah putri tunggal wartawan senior Seruni di sebuah majalah terkemuka. Lahir sebagai putri yang tidak diinginkan kehadirannya oleh sang Ibu, Dovima tumbuh menjadi anak penyendiri dan keras hati. Sang Ibu, Seruni yang mencintai pekerjaannya lebih dari apapun saat itu tak mampu membantah keinginan suami yang dicintainya untuk memiliki anak. Walaupun kemudian pernikahan Seruni dengan Gandhi Wirasetja berakhir di tengah jalan.
Dovima menghabiskan masa kecilnya di New York bersama Ibu yang bekerja sebagai kolumnis Time Asia. Hari-hari bersama Ibu adalah kenangan yang menyesakkan dan tidak ingin diingatnya. Meninggalkan Ibunya, Dovima melanjutkan kuliah di Universitas Padjajaran Fakultas Komunikasi Jurusan Jurnalistik. Lulus dari sana Dovima diterima sebagai calon reporter di tempat Ibunya dahulu bekerja, Majalah Kala. Tak lama ia bekerja, Ibunya kembali ke Indonesia untuk mengabarkan bahwa dirinya menderita sakit alzheimer. Sejak saat itu sang Ibu memutuskan untuk menetap tinggal di Indonesia, di rumah mereka dahulu.
Dalam sebuah liputan konferensi pers Nagri PLC, Dovima yang bertugas sebagai reporter tanpa sengaja mengumbar informasi off the record dari majalahnya disebabkan kekesalannya menghadapi pengusaha muda, Kafka. Karena itu sebagai hukuman Dovima kemudian dipindahkan ke desk gaya hidup. Menjadi reporter desk gaya hidup adalah hal yang paling tidak disukainya. Ia menganggap reporter desk gaya hidup hanyalah pencinta kesenangan dengan orientasi dan pemujaan total terhadap kehidupan hedonis yang kosong (halaman 42).
Namun tanpa disangka, tugas singkatnya di sana justru menjadi perekat hubungannya dengan pengusaha muda, Kafka yang semula dibencinya. Di tempat lain, Madji, orang nomor dua di majalah itu, diam-diam menyukai Dovima, gadis cerdas, cantik sekaligus aneh. Lepas dari hukuman Dovima kembali bertugas di desk ekonomi. Tugas peliputan Dovima berikutnya mempertemukan ia dengan Ayah kandungnya. Bukan tanpa sebab ketika ia akhirnya memilih pergi dan mundur dari perkara korupsi yang melibatkan kekasihnya, Kafka serta Ayah kandungnya.
**
Novel ini berkisah tentang kaum urban dengan kehidupan hedonnya. Tidak ringan tapi tidak berat juga. Penggambaran untuk kasus-kasus korupsi yang dikisahkan cukup detil dan menarik. Novel yang bisa dijadikan pilihan untuk menemani Anda yang ingin melepaskan kepenatan dari rutinitas kerja. Bisa dibaca di angkutan publik atau di jam istirahat kantor. Barangkali yang membuat buku ini berbeda dengan novel sejenisnya adalah pilihan kosa katanya lebih kaya.

Pramoedya Ananta Toer

Kutipan-kutipan Pramoedya yang saya suka. Sebagian besar dikutip dari buku Bumi Manusia.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
“Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya.”
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”
“Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan.”
“Cinta itu indah, Minke, terlalu indah, yang bisa didapatkan dalam hidup manusia yang pendek ini.”
“Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji, dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya
“Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas.”
“Kau terpelajar, cobalah bersetia pada katahati.”
“Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai.”
“Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri.” ~ Bumi Manusia, halaman 59

Surat Panjang tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya

18000754
Judul: Surat Panjang tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya
Penulis: Dewi Kharisma Michellia
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 236
“.. tentang air yang harus menjadi ricik dan cakrawala yang harus menebas jarak agar dapat mencintai…” (halaman 127)
Ia dan pria itu akhirnya sering bertemu. Di bawah tempias hujan dan sajak puisi Sapardi Djoko Damono yang dibacakan oleh sang pria, si tokoh utama dalam buku ini, seorang wanita paruh baya, menyadari bahwa dirinya mulai menyukai si lelaki seniman dihadapannya.
Novel ini berkisah tentang surat-surat panjang yang dikirimkan oleh si wanita untuk seorang sahabat istimewa di masa kecilnya, laki-laki yang ia pilih sejak pertama kali mereka bertemu. Surat-surat itu ditulisnya setelah ia menerima undangan pernikahan si lelaki. Si wanita pun dengan gamblang mengungkapkan perasaannya atas pernikahan sahabatnya itu.
“Berpuluh tahun lamanya, bahkan sejak kali pertama bertemu, aku telah memilihmu dalam setiap doaku. Sesuatu yang tak pernah kau ketahui bahkan hingga hari ini. Dan bila kau suruh aku pergi begitu saja, di usiaku yang lebih dari empat puluh ini, aku mungkin telah terlambat untuk mencari penggantimu.” (halaman 19)
Untuk menenangkan hati, si wanita kemudian memutuskan untuk cuti dan menapak tilas masa kecilnya di Bali. Di kampung halaman Ayah yang dicintainya, ia melepaskan rindu pada segala kenangan getir masa kecil. Walau ia tak memercayai adanya kehidupan setelah kematian namun ia meyakini bahwa bekas-bekas kehidupan ayahnya telah menyatu dengan lautan. Ia dapat menemukan ayahnya di pantai manapun.
Kembali ke Jakarta ia kemudian dijodohkan oleh seorang kawannya. Laki-laki yang kemudian mengisi hari-harinya, laki-laki yang melafalkan puisi Sajak Kecil tentang Cinta karya Sapardi di bawah rintik hujan.
Walaupun sinopsis dan mungkin review di atas sedikit seperti sebuah kisah roman yang mendayu-dayu, sebenarnya isi novel ini jauh dari percintaan yang serupa itu. Sejujurnya saya membeli novel ini karena nama penulisnya. Saya memang tidak mengenal Dewi secara mendalam, tapi kami beberapa kali pernah saling berkomentar di sosial media facebook. Bagi saya Dewi adalah perempuan yang berbeda dari kebanyakan perempuan lain seusianya. Saya mengagumi pemikirannya. Dan iya, saya berharap banyak dari novel yang ia tulis. Seperti perkiraan saya, saya yakin ini bukan sekedar novel roman biasa. Tebakan saya tidak jauh meleset :) .
Saya suka adegan di Surat ke-14. Bermain-main apakah hanya untuk anak-anak? Banyak orang dewasa salah mengartikan makna kedewasaan. Seperti Exupery bilang, orang dewasa seringkali membosankan. Mereka merasa harus selalu serius, dan keseriusan dimaknai oleh parameter yang mereka bikin sendiri. Ada kalanya dalam hidup kita tidak memerlukan penjelasan apa-apa, cukup merasakan dengan hati, dan itu digambarkan oleh Dewi dalam kekonyolan dan kegilaan yang dilakukan oleh kedua tokoh di atas.
Walau novel ini sedikit muram dan bahkan pedar, mengingat kesepian dan keterasingan yang dimiliki si tokoh. Namun saya memandang kesunyian itu sebagai akibat dari pemikiran si tokoh yang tidak bisa diam.
Secara keseluruhan saya betah membaca novel ini. Saya salut dengan cara Dewi mengumpulkan data dan mengolahnya dengan apik, detil sekali. Keren, Dew :)
Ditunggu karya-karya selanjutnya ;-)

Pride and Prejudice

Screenshot_2013-06-26-16-04-58
Judul: Pride and Prejudice
Penulis: Jane Austen
Penerjemah: Berliani Mantili Nugrahani
Penerbit: Qanita – Mizan
Tebal: 421 (versi ebook)
“Seorang filsuf sejati akan menghibur diri dengan memanfaatkan apa pun yang tersedia.” – halaman 260
Elizabeth Bennet adalah anak kedua dari lima anak perempuan keluarga Bennet, seorang bangsawan miskin di Meryton, England. Kekayaan Ayah Elizabeth, Mr. Bennet, nyaris sepenuhnya tergantung pada tanah warisan senilai dua ribu setahun. Namun tanah itu menjadi hak waris seorang saudara jauh laki-laki. Hal ini merisaukan Ibu mereka, karena jika Ayah mereka meninggal maka Ibu dan anak itu akan kehilangan tempat tinggal dan pendapatan.
Kakak Elizabeth, Jane, mempunyai pribadi hangat dan cenderung menutup diri. Ia tidak pernah menampakkan perasaan yang sesungguhnya dihadapan banyak orang. Namun Jane dan Elizabeth memiliki sifat ceria, santun, dan berwawasan. Berbeda dengan ketiga adik mereka yang sedikit liar, dan lebih mengutamakan kecantikan.
Ibu mereka adalah wanita dengan pemahaman sekadarnya, berpengetahuan sempit, dan bertemperamen angin-anginan. Ketika keinginannya tidak terpenuhi, dia akan merasa gelisah. Tujuan hidupnya adalah menikahkan anak-anak perempuannya; kesenangannya adalah bertamu dan bergunjing. (halaman 14). Sementara Mr. Bennet, sang Ayah, memiliki sifat acuh tak acuh, memiliki humor sinis terutama kesukaannya mengolok-olok istrinya di depan putri-putri mereka. Ia mencintai pedesaan dan buku. Keduanya adalah sumber utama kesenangannya, terlebih setelah ia merasa kecewa terhadap pernikahannya. Mrs. Bennet adalah wanita cantik yang kemudaan dan keceriaannya menarik hati Mr. Bennet. Sayang, kebebalan dan kepicikan wanita itu menghilangkan kasih sayang sejati di usia pernikahan mereka yang dini. Rasa hormat, kekaguman, dan kepercayaan pun lenyap untuk selamanya, dan seluruh pandangannya akan kebahagiaan rumah tangga pun turut melayang. (hal 260).
Suatu hari, sebuah keluarga bangsawan kaya menyewa rumah di dekat tempat tinggal mereka. Mr. Bingley diterima baik oleh masyarakat setempat. Sebaliknya, rekan Mr. Bingley, yaitu Mr. Darcy agak kurang disukai oleh karena sifatnya yang angkuh dan memandang rendah kepada keluarga Elizabeth. Pada sebuah pesta, kedekatan Jane dengan Mr. Bingley kemudian berkembang menjadi isu bahwa mereka akan bertunangan. Sayangnya, pertunangan itu gagal.
Kelak diketahui batalnya pertunangan Jane dan Mr. Bingley tidak luput dari pengaruh yang dilancarkan Mr. Darcy kepada Mr. Bingley. Mengetahui hal ini memercikkan kebencian kepada diri Elizabeth terhadap Darcy, pria yang diam-diam ternyata menyimpan rasa cinta untuknya. Sementara itu, Elizabeth berkenalan dengan Wickham, pemuda putra dari pelayan Ayah Mr. Darcy yang sudah dianggap seperti anak sendiri. Namun rupanya Wickham tidak menyukai Darcy dan ia menyebarkan kabar bohong yang membuat Elizabeth semakin tidak menyukai Darcy.
Sementara itu adik Elizabeth, Kitty dan Lydia masih dengan kegemaran mereka mengejar prajurit-prajurit yang ditugaskan di Meryton. Elizabeth merasa kesal atas perilaku adik-adik dan Ibunya. Namun ia tak mampu berbuat banyak.
Adegan cerita berganti kepada kedatangan Mr. Collins, pewaris tanah milik Ayah Elizabeth. Setelah gagal melamar Elizabeth ia mengalihkan lamarannya kepada rekan baik Elizabeth, yaitu Charlotte. Mereka menikah dan pindah ke Rosing Park, di daerah dekat kediaman bibi Mr. Darcy tinggal. Elizabeth suatu waktu ke Rosing Park untuk menemui sahabatnya, Charlotte. Di sana ia kemudian bertemu Darcy kembali. Pada saat itu Darcy mengungkapkan perasaannya dan bermaksud melamar Elizabeth, yang ditolak oleh Elizabeth, karena ia membenci Darcy. Sebaliknya, Elizabeth meminta penjelasan Darcy atas gagalnya pertunangan Jane dengan Bingley serta perbuatan jahatnya terhadap Wickham. Menurut Darcy, Jane adalah gadis yang ramah. Namun keseluruhan sikap Jane tidak menunjukkan bahwa ia menyukai Mr. Bingley. Selain itu, perilaku Ibu Elizabeth yang berharap Mr. Bingley menikahi anak perempuannya demi meningkatkan status sosial keluarga itu membuat Darcy risih sehingga ia terpaksa mempengaruhi sahabatnya untuk membatalkan niatnya melamar Jane. Elizabeth merasa malu mendengar penjelasan Darcy. Namun ia tak menampik kebenaran atas pengakuan Mr. Darcy megenai Ibu dan adik-adiknya. Dan mengenai Wickham, Elizabeth tidak mau mempercayai omongan Darcy begitu saja walaupun beberapa pengamatan membuktikan bahwa Darcy tidak berbohong.
Beberapa bulan kemudian ketika Elizabeth bersama paman dan bibinya pergi ke Derbyshire, mereka mengunjungi Pemberly, rumah kediaman Darcy. Elizabeth awalnya tidak menyetujui rencana itu namun berbalik ketika mengetahui Darcy sedang berada di luar kota. Namun tak disangka, ketika mereka keluar dari rumah, Darcy melihat kedatangan mereka. Keduanya merasa canggung, namun sikap Darcy yang baik dan penuh perhatian kepada paman dan bibinya menyentuh hatinya.
Bagaimana akhir cerita ini? Barangkali mudah ditebak bahwa Elizabeth menerima lamaran yang diajukan Darcy kembali. Dan Jane serta Bingley akhirnya menikah.
Jane Austen si penulis buku ini menceritakan kehidupan masyarakat Eropa di sekitaran tahun 1813. Saat itu banyak masyarakat memiliki pola jalan instan demi meningkatkan status sosial mereka. Kebodohan dan sempitnya cara berpikir membuat mereka tak lagi segan melakukan keculasan. Kaum wanita bertingkah liar, memamerkan kegenitan dan kecantikannya untuk memikat lelaki kaya. Para lelaki mendekati perempuan kaya untuk mengeruk harta mereka.
Membaca buku ini melemparkan saya kepada kenyataan yang sedang terjadi di negeri tercinta ini. Setiap saat saya membacai berita gadis-gadis muda, cantik, dan ceria yang memasrahkan tubuh mereka ke pelukan laki-laki kaya demi meningkatkan status sosial mereka di masyarakat atau demi beberapa rupiah.
Apakah negeri ini sedang bergerak ke masa kegelapan?
Semoga tidak.

The Kreutzer Sonata

images
Judul: The Kreutzer Sonata
Penulis: Leo Tolstoy
Penerjemah: Ermelinda
Penerbit: Selasar
Tebal: 200
Betul kata Melisa, blog resensi bukunya bisa dilihat di sini, tuntas membaca buku The Kreutzer mendadak kehilangan minat untuk meresensi karya Leo Tolstoy yang satu ini. Tapi karena saya sudah berjanji kepada diri sendiri maka saya coba membuat reviewnya.
Pozdynsev, -nama tokoh utama- dan kakak lelakinya adalah pemuda yang lugu. Ketertarikan seksual kepada lawan jenis adalah hal yang cukup mengganggu bagi anak-anak muda seusia itu. Pada suatu sore usai kumpul sambil bermain kartu dan minum vodka, salah satu kawan kakaknya mengajak mereka ke tempat-tempat tertentu. Seperti anak lelaki muda lainnya, ia mengikuti tanpa memahami apa yang ia lakukan. Kegiatan itu kemudian menjadi hal yang biasa, karena tak ada orang dewasa disekelilingnya yang menyalahkan apa yang ia lakukan. Sebaliknya, masyarakat lingkungan ia berada menganggap hal itu sebagai kebaikan jasmani yang sah atau pengalihan yang alami secara menyeluruh bagi seorang anak muda yang bukan hanya bisa dimaafkan, tapi bahkan tak bersalah. Pozdnysev semakin jatuh karena ketidaktahuannya.
Sampai suatu ketika ia menyadari bahwa hubungannya dengan para wanita telah rusak selamanya. Ia memutuskan untuk berhenti.
“Jadi seorang pria yang telah berhubungan dengan beberapa wanita demi kesenangan bukan lagi orang normal, tapi orang yang rusak selamanya.” (halaman 132)
“Seorang pezina bisa saja menahan diri, berjuang mengendalikan diri, tapi hubungannya dengan wanita tak pernah lagi sederhana, murni, jernih, seperti hubungan saudara lelaki dengan saudara perempuan.” (halaman 132)
Pozdynsev kemudian menikah. Namun pengalaman masa lalunya memberi ia cara pandang yang berbeda mengenai perkawinan. Walaupun sepanjang perkawinan mereka, Pozdynsev tidak pernah berseligkuh, namun ia memiliki bayangan kecemburuan sendiri yang berlebihan.
Buku ini berkisah tentang pengakuan seorang laki-laki yang karena kecemburuannya membunuh istrinya sendiri.
Tolstoy memang penulis yang piawai. Pembaca bisa larut dalam kebencian terhadap si tokoh utama yang pandangannya mengenai perkawinan sangat vulgar. Agak khawatir juga menuliskannya di sini :) . Namun inti cerita ini seperti disinggung di bagian kata pengantar, Tolstoy menuliskan cerita ini berdasarkan pengalaman ia dan istrinya untuk menciptakan ‘gugatan’ terhadap perkawinan yang menyakitkan hati.
Tolstoy menggambarkan bahwa pernikahan kemudian bisa membuat masing-masing pasangan merasa terjebak. Jika situasi itu tidak disadari dan dipahami maka mereka akan saling membenci.
“tapi cinta dan kebencian ini hanya dua sisi mata uang yang sama, perasaan hewani yang sama.” (halaman 105)
“Hidup seperti itu akan tak tertahankan kalau kita saling memahami situasinya. Tapi kami tak memahaminya, bahkan tak menyadarinya. Itu keselamatan sekaligus hukuman terhadap manusia yang ketika menjalani hidup tak beraturan, mereka akan membungkus diri dalam selimut kabut sehingga tak bisa melihat buruknya situasi.” (halaman 105).
Walaupun memang membaca buku ini menimbulkan kesebalan luar biasa kepada si tokoh utama, bahkan membuat mual di bagian akhir, tapi saya mengakui bahwa dalam banyak hal buku ini kaya dengan pemikiran yang realistik.

Misi Apollo 13

Misi Apollo 13m
Judul: Misi Apollo 13
Penulis: Donald B. Lemke
Ilustrasi: Keith Tucker
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tebal: 27
Misi Apollo 13 ini adalah buku komik berwarna. Berkisah tentang bencana-bencana besar yang pernah terjadi. Selain bencana misi Apollo 13, ada juga Pandemik Flu di tahun 1918 serta Gempa Bumi Besar dan Kebakaran Hebat San Fransisco.
Kisah pertama mengenai misi Apollo 13, yang diluncurkan pada tanggal 11 April 1970, setahun setelah NASA berhasil mendaratkan awak Apollo 11 di bulan disusul dengan Apollo 12 yang juga berhasil melakukan hal yang sama empat bulan setelah keberhasilan Apollo 11.
Sebagai pemimpin awak dalam modul perintah Odyssey dari Apollo 13 ini adalah komandan Jim Lovell. Sebelum sampai ke bulan, awak Apollo 13 mendapati masalah adanya kebocoran oksigen di kabin pesawat. Para tim di bumi berupaya memikirkan langkah penyelamatan untuk membawa pulang para astronaut. Pusat kendali misi memerintahkan awak pesawat untuk mematikan modul perintah Odyssey dan pindah ke modul bulan Aquarius. Para awak akan menggunakan Aquarius sebagai semacam perahu penyelamat. Cadangan oksigen dan tenanganya yang cukup akan membuat mereka tetap hidup. Para astronaut harus berhemat, karena itu mereka menjaga agar air, oksigen, dan tenaga pesawat itu cukup. Namun dengan menurunnya tenaga Odyssey, suhu di dalam pesawat turun drastis 58 derajat. Astronaut harus mempercepat pesawat untuk pulang sebelum tenaganya habis. Sementara itu karbondioksida yang berasal dari napas para astronaut telah memenuhi seisi Aquarius. Dengan cepat, pesawat akan berisi racun. Tim di Pusat Kendali Misi menemukan suatu cara untuk menggunakan jaringan Odyssey dalam aquarius sehingga tingkat karbondioksida menurun. Dengan demikian mereka bisa melakukan kegiatan untuk tetap merasa hangat. Suhu di dalam pesawat turun sampai 38 derajat.
17 April pukul 12.07, setelah melakukan perjalanan pulang yang panjang dan mendebarkan, modul perintah Odyssey mendarat di Samudra Pasifik. Misi Apollo 13 dikenal dengan kegagalan yang berhasil. Gagal mendarat di bulan, tapi mereka berhasil membawa kembali pesawat yang rusak beserta awaknya kembali ke bumi.
Selanjutnya, NASA memperbaiki masalah yang ditemukan pada Apollo 13 dan menyelesaikan empat misi lagi ke bulan.
Kisah kedua adalah mengenai ancaman penyakit yang mematikan, menyebar di kalangan tentara yang saat itu sedang bertempur dalam Perang Dunia I (1914-1918). Penyakit ini kemudian menyebar di seluruh Eropa, Afrika, Asia, Pasifik Selatan dan Amerika Utara dan Selatan. Penyakit ini awalnya merupakan endemi tapi kemudian menjadi pandemik di seluruh dunia. Para ilmuwan dan dokter berusaha mencari penyebab serta penanggulangan penyakit yang akhirnya mematikan ini, namun belum berhasil. Banyak penderita meninggal karena flu itu kemudian berkembang menjadi radang paru-paru. Sekolah, pasar, dan tempat-tempat berkumpulnya orang banyak ditutup karena penyebaran flu tersebut. Di akhir musim gugur tahun 1918, dokter di seluruh dunia melaporkan berkurangnya kasus penyakit flu tersebut. Bulan November bertepatan dengan berakhirnya Perang Dunia I, flu yang mematikan itu tampaknya menghilang.
Kasus flu terakhir yang ditangani adalah pada akhir tahun 1919. Sampai saat ini para ilmwan belum berhasil mengungkapkan virus yang menyebabkan flu 1918 tersebut. Mereka baru sampai pada tahap pengertian mengapa penyebaran flu itu mematikan.
Bencana berikutnya adalah yang terjadi di San Fransisco. Dulu, San Fransisco merupakan sebuah pelabuhan kecil dengan penduduk kurang dari 1.000 orang. Namun penemuan emas di dekat pelabuhan itu mengubah sejarah kota ini. San Fransisco kemudian tumbuh menjadi kota yang gemerlap dengan 50.000 penduduk. San Fransisco tumbuh menjadi kota terbesar di bagian barat Sungai Mississippi.
Dari tahun 1849 sampai 1851, enam kebakaran besar melanda San Fransisco. Disusul oleh kebakaran di tahun-tahun berikutnya. Namun setiap kali terbakar penduduknya akan membangun kembali kota mereka. Kota ini terletak di sepanjang San Andreas Fault (Patahan San Andreas) maka beberapa kali gempa dengan skala kecil maupun besar melanda kota ini. Yang terbesar gempa bumi dan kebakaran hebat yang terjadi di tahun 1906. Dengan sekitar 250.000 penduduk, mereka membangun kembali kota itu dibantu oleh para pemimpin kota dan negara, karena San Fransisco merupakan pusat bisnis yang penting. Tahun 1915 pembangunan kembali kota telah selesai. San FRansisco muncul dengan wajah barunya. Kota itu juga kemudian menjadi tuan rumah pameran tingkat dunia bernama Panama Pacific International Exposition. San Fransisco tumbuh menjadi kota berkelas di dunia. Beberapa kali gempa kecil dan besar pernah mampir kembali di kota ini, namun tidak sedahsyat di tahun 1906.
Pesan moral dari buku ini adalah barangkali mengingatkan kita bahwa bencana bisa datang kapan saja dan dimanapun. Dan dibutuhkan perjuangan, semangat serta penyatuan tenaga dan pikiran bersama untuk menghadapi ketika bencana itu datang menimpa, karena bukankah Tuhan menjanjikan bahwa harapan itu selalu ada?

Jalan Menikung

images
Judul: Jalan Menikung
Penulis: Umar Kayam
Penerbit: PT Pustaka Utama Gravity
Tebal: 184
“Merantau itu pergi jauh. Kadang-Kadang jauh, jauh sekali. Kadang-Kadang rasanya sewaktu-waktu akan dapat kembali. Rasanya. Padahal jalan yang telah dilalui dan akan ditempuh begitu banyak menikung. Kita akan terus merantau. Bagaimanapun, jalan akan terus menikung…”
Konon, Jalan Menikung ini adalah sambungan dari buku Para Priyayi yang bercerita tentang keluarga besar Sastrodarsono dari Wanagalih. Di buku ini kisah keluarga Sastrodarsono berlanjut dengan kehidupan Harimurti dan Sulistianingsih bersama putra tunggal mereka, Eko yang belajar di Sunnybrook College, Connecticut, Amerika Serikat.
Suatu saat Harimurti mendapat undangan makan siang dari bos-nya. Mesipun terasa aneh, toh Harimurti datang memenuhi ajakan itu. Seperti telah diduga, ternyata pemimpin perusahaan tempat nya bekerja meminta kesukarelaan Harimurti untuk keluar dari pekerjaannya. Alasannya, ia tidak bersih diri alias pernah terlibat G30S/PKI. Harimurti tak mengerti mengapa kasusnya bertahun-tahun lampau masih dipermasalahkan. Padahal telah bertahun-tahun lamanya ia dibebaskan dari penjara.
“Begitu lengketkah praduga manusia sampai sekian lama?” (halaman 110)
“… tapi rupanya manusia hidup terus menggendong sentimennya.” (halaman 110)
Harimurti teringat putra nya, Eko, yang sebentar lagi selesai kuliahnya dan bercita-cita untuk pulang dan mengabdi untuk negerinya. Cita-cita luhur. Namun peristiwa yang menimpa diri nya membuat ia harus menghalangi niat Eko untuk pulang ke tanah air. Eko kemudian bekerja dan bahkan menikahi wanita Amerika berkebangsaan Yahudi.
Harimurti dan Sulistianingsih digambarkan sebagai pasangan sederhana dan masih menggenggam budaya leluhur. Namun demikian mereka adalah sosok yang bisa menerima perbedaan. Sebaliknya dengan Tommy dan Jeannete, saudara ipar Harimurti. Penampilan mereka yang mewah dan kekinian tidak diimbangi dengan cara berpikir yang terbuka. Perbedaan ras menjadi salah satu penolakan Tommy menikahkan putrinya dengan Boy, putra Cina dari mitra bisnisnya.
Kisah di buku ini sedikit banyak ingin menyentil bagaimana terkadang kita sendiri masih berpikiran rasis. Dan diskriminasi di belahan dunia mana pun masih saja ada.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment