Tuesday, 9 December 2014

LEGENDA TELAGA WARNA

Kalau kita pergi ke daerah puncak, Jawa Barat, disana terdapat sebuah telaga yang bila dilihat pada hari cerah akan terkesan airnya berwarna-warni. Telaga itu nemanya Telaga Warna dan konon merupakan air mata tangisan seorang ratu.
Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Prabu, begitulah orang memanggilnya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana . Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tentram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu.
Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sedih. Penasehat prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami anak kandung adalah lebih baik dari pada angkat,” sahut mereka.
Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Disana sang Prabu terus berdo’a, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri. Penduduk negeri pun mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang ia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, Prabu, Ratu dan rakyat di kerjaan itu mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu dating, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika putrinya yang cantik jelita muncul dihadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.
Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh menjadi dewasa. Pakailah kalung ini, nak,” kata Prabu.
Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tidak mau memakainya. Kalung ini jelek! seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.
Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pu menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba terdengar tangisan Ratu. Tangisannya diikuti oleh semua orang.
Tiba-tiba muncul mata air dari halaman istana. Mula-mula membentuk kolam kecil. Lalu istana mulai banjir. Istana pun dipenuhi air bagai danau. Lalu dananu itu makin besar dan menenggelamkan istana.
Di hari yang cerah, kita bias melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Namun, konon katanya warna-warni danau tersebut berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.
Ø Sinopsis “Legenda Telaga Warna” :
Di suatu kerajaan, terdapat Raja dan Ratu yang baik dan bijaksana. Namun mereka belum memiliki keturunan. Raja yang biasa disapa Prabu bertapa untuk berdo’a agar ia diberi keturunan. Beberapa bulan kemudian Sang Ratu hamil, lalu melahirkan seorang putri. Saat sang Putri berusia 17 tahun, Raja menghadiahi sebuah kalung yang terbuat dari emas dan permata hadiah dari  penduduk negeri sebagai hadiah ulangtahunnya. Pesta ulangtahun tersebut disaksikan oleh penduduk negeri di alun-alun istana. Putri melihat sekilas kalung tersebut lalu membuangnya karena ia menganggap kalung tersebut jelek. Sang Ratu menangis atas kelakuan Putrinya diikuti oleh semua orang. Tiba-tiba muncul air mata dari halaman istana yang lama-lama membesar dan menenggelamkan istana. Konon warna-warni danau tersebut bersal dari kalung Putri yang tersebar di dasar danau.
Ø Hal-hal yang menarik dalam cerita ‘Legenda Telaga Warna’ :
1)      Muncul mata air dari halaman istana karena tangisan Sang Ratu dan penduduk negeri.
2)    Mata air yang terus mengalir sehingga membentuk suatu danau.
3)    Warna-warni danau yang berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar danau.
Ø Amanat dalam cerita ‘Legenda Telaga Warna’ :
Setiap kelakuan pasti akan mendatangkan balasan, namun jika tabiat kita buruk maka malapetaka lah yang akan datang pada diri kita.
Ø Cerita yang mirip dengan ‘Legenda Telaga Warna’ :
1)      Berdasarkan amanat cerita : Danau Singkarak
Sama – sama mengandung amanat cerita untuk selalu berperilaku baik
2)    Berdasarkan akibat cerita : Danau Batur
Sama – sama memiliki akibat cerita yaitu jangan pernah melukai persaan orang
Ø Membandingkan dengan kehidupan sehari-hari :
1)      Dalam legenda ‘Legenda Telaga Warna’ pada suatu kerjaan terdapat Raja dan Ratu yang baik dan bijaksana. Dalam kehidupan nyata kita juga dapat menemukan Pemerintah yang memiliki jiwa yang baik dan bijaksana, walau memang sudah jarang ditemukan pemimpin yang berjiwa seperti itu.
2)    Dalam legenda ‘Legenda Telaga Warna’ jika anak dimanjakan dan selalu terpenuhi keinginannya maka kelakuannya menjadi buruk jika keiinginannya tidak dipenuhi. Di dunia nyata, jika anak didik selalu terpenuhi keinginannya dan selalu dimanjakan maka suatu saat jika keinginannya tidak terpenuhi atau keinginannya tidak sesuai dengan harapannya maka kelakuannya menjadi buruk, itu yang sering terjadi dimasa sekarang.
3)    Dalam legenda ‘Legenda Telaga Warna’ jika kita melukai persaan orang lain maka azab akan datang pada kita bahkan bisa saja datang pada wilayah yang berada disekitar kita, untuk menyadarkan diri atau menjadi pelajaran bagi orang lain agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Di kehidupan nyata, kejadian tersebut sering terjadi dalam kehidupan masa kini pula.

0 comments:

Post a Comment